Sunday, October 18, 2020

Belajar Hidup dari Halaman Yang Hilang

Belajar Hidup dari Halaman Yang Hilang

Oleh: Iwan Sumantri


Cibadak- 18 Maret 2020. Seorang guru bertanya kepada muridnya tentang pelajaran sejarah dunia :

_"Nak, siapakah Barack Obama itu?"_

_"Penjual es krim, Pak."_

Guru tersebut terkejut mendengar jawaban muridnya. 

Ia bertanya sekali lagi.

Si murid tetap memberi jawaban yang sama. 

Sang guru kembali mengulang pertanyaannya dengan jengkel, 

_"Nak, bukankah biografi Barack Obama ada di buku paket. Apa kamu sudah membacanya?"_

_"Sudah, Pak. Barack Obama adalah penjual es krim..!"_

Sang guru semakin emosi mendengar jawaban seperti itu. 

Ia perintahkan si murid mengeluarkan buku paket miliknya, dan membuka halaman tentang Obama.

Pada buku si murid, biografi Obama hanya ada satu halaman. 

Kisah hidup Obama berhenti pada saat masih remaja, di usia 16 tahun ia memperoleh pekerjaan sebagai pelayan kedai es krim di kota Honolulu, negara bagian Hawaii.

Guru tersebut menyadari ternyata pada buku si murid, halaman kedua hilang.

Mungkin tersobek tidak sengaja, atau bisa jadi memang dari penerbit buku tersebut halamannya kurang selembar.

Pantas ia tidak tahu kelanjutan sejarah hidup Obama hingga menduduki kursi presiden ke-44 di Amerika.

Guru tersebut benar, ketika ia mengatakan bahwa Barack Obama adalah presiden. 

Karena kenyataannya memang demikian.

Tetapi muridnya juga benar.

Karena sejauh yang ia baca, Obama adalah penjual es krim. 

Jadi dalam cerita tersebut keduanya sama-sama benar. 

Lalu mengapa terjadi perselisihan...??

Karena sang guru tidak menyadari bahwa *ada halaman yang hilang*. 

Begitu ia tahu, akhirnya ia memaklumi jawaban murid tersebut. 

********

Sahabatku ....

Apa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari sejatinya juga serupa dengan kisah ini.

Hampir semua perbedaan pendapat antara dua orang, sebenarnya hanya disebabkan karena adanya *"halaman yang hilang"*, adanya *perbedaan pengetahuan dan pemahaman.*

Saat seorang suami berselisih dengan istrinya, redamlah dulu emosi. Sebab yang perlu kita cari tahu adalah dimana *"halaman yang hilang"* itu.?

Bukan saling bertengkar mempertahankan ego masing-masing.

Ketika orang tua berseberangan dengan anaknya, carilah dulu *"halaman yang hilang"* itu. 

Bukan langsung melampiaskan kemarahan kepada anak.

Ketika dua sahabat berbeda dalam menyampaikan pendapat, carilah dulu *"halaman yang hilang"* itu. Bukan malah bertengkar saling cakar cakaran.

Karena dalam perbedaan pendapat bukan berarti ada yang benar dan ada yang salah. 

Bisa jadi kedua pendapat benar. Namun menjadi berbeda, karena ada *"halaman yang hilang"* di antara keduanya.

Semoga ....

Tidak ada *"halaman yang hilang"* dalam persahabatan kita....

6 comments:

  1. Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda.. ( RR)

    ReplyDelete
  2. Super sekali.... Tabayyun harus didahulukan sebelum menghukumi sesuatu.

    ReplyDelete
  3. Super sekali.... Tabayyun harus didahulukan sebelum menghukumi sesuatu.

    ReplyDelete
  4. Super sekali.... Tabayyun harus didahulukan sebelum menghukumi sesuatu.

    ReplyDelete