Sunday, April 26, 2020

Menebar Kebaikan Melalui Media Blog


Menebar Kebaikan Melalui Media Blog
Oleh. Iwan Sumantri


Menebar Kebaikan
Kemajuan Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) perkembangannya saat ini seperti jamur di musim hujan, sangat berkembang pesat dan melaju seperti kilat di masyarakat. Umumnya Teknologi Informasi adalah sebuah teknologi yang dipergunakan untuk mengelola data, meliputi didalamnya : memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai macam cara dan prosedur guna menghasilkan informasi yang berkualitas dan bernilai guna tinggi. Perkembangan TIK pun terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia.

Teknologi Informasi dan Komuikasi seakan telah mendarah daging didalam diri setiap insan yang namanya manusia di era sekarang ini. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah mengglobal mampu mencakupi segala aspek yang ada dalam kehidupan manusia saat ini. Salah satunya dalam bidang pendidikan. Teknologi Informasi seakan telah menjadi pengalih fungsi buku, guru dan sistem pengajaran yang sebelumnya masih bersifat konvensional. Teknologi Informasi menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi kian berkembang dengan pesat.

Salah satu bagian dari TIK adalah keberadaan internet yang di dalamnya tercakup semua aspek dalam kehidupan manusia ada di dalamnya. Lewat jejaring internet dengan kemasan berbagai macam media sudah dan sedang kita rasakan.  Jejaring sosial seperti FB,Twiter,WA.IG,Telegram. Sekarang ini keberadaan media sosial (medsos) menjadi bagian tak terpisah­kan dalam kehidupan manusia. Hal ini tentu tidaklah mengherankan, karena med­sos merupakan sarana yang paling efek­tif untuk menjalin hubungan yang baik dan hangat bersama orang-orang di berbagai daerah bahkan di belahan dunia ini.


Melalui medsos, kita dapat menjalin ikatan tali silaturahmi dengan orang yang terkasih seperti keluarga atau seseorang terkasih yang berada di tempat yang sangat jauh. Melalui medsos, kita bisa dipertemukan kembali dengan sahabat atau teman lama setelah sekian lama terpisah tanpa kabar atau hilang kontak. Melalui medsos, kita juga dapat mengembangkan jaringan usaha atau bisnis kita hingga ke luar atau berbagai pelosok daerah. Melalui medsos kita dapat berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan kita, kita bisa membuat grup khusus yang didalamnya orang-orang yang kita perlukan atau juga orang lain yang punya kompeten dibadangnya.

Dari sekian banyak hal positif yang sangat beragam tersebut, yang paling menarik bagi saya adalah medsos bisa dijadikan seba­gai sarana menebar kebaikan. Saya adalah seorang guru, merasakan sekali bagaimana melalui WA setiap sepertiga malam mendapatkan WA dari grup yang saya miliki ajakan untuk melaksanakan shalat malam, membaca Alqur’an,  dengan untaian serta rangkaian kata-kata yang dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi orang lain. Atau dengan kata lain, kita berusaha menggerakkan kesadaran sesama agar selalu berbuat kebaikan lewat kata-kata yang rutin di update setiap harinya. Indah sekali rasa nya di setiap malam bisa melakukannya.

Tapi saya sekarang ini, sedang dan akan diterus mencoba menebar kebaikan melalui media yang juga tak kalah heboh dan menjamurnya, yaitu Blog. Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi we yang berbentuk tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web. Tulisan-tulisan ini sering kali dimuat dalam urutan terbalik (isi terbaru dahulu sebelum diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna Internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.

Menebar Kebaikan Melalui Blog?

Dalam ajaran Isalam yang saya yakini, Syariat Islam mengajarkan kepada kita agar selalu menebar kebaikan dan kemanfaatan terha­dap setiap orang, tanpa pandang bulu, bahkan meskipun terhadap mereka yang berbeda keyakinan pun kita tetap diperintahkan untuk bersikap ramah, baik, dan berusaha memberikan bantuan atau pertolongan saat mereka sedang membutuhkan bantuan dari kita, rela berbagi dan ikhlas dalam memberi

Nabi Muhammad SAW, telah mengajarkan kepada para umatnya agar mencontoh setiap ucapan dan perilaku beliau yang selalu berlandaskan perintah Allah Swt. Beliau juga mengajarkan agar kita senantiasa menebar kebaikan meski itu hanya satu ayat atau satu kalimat.
 
Artikel-artikel di Blog Guru Ataya



Melalui Blog Guru Ataya (http://guruataya2028.blogspot.com) saya mencoba menebar kebaikan itu dengan hal-hal yang positif yang berhubungan dengan tugas dan fungsi selaku seorang guru di salah satu SMP Negeri yang ada di kabupaten Sukabumi dengan mengkolaborasikan antara kemjauan teknologi di era milinium sekarang dengan kemampuan saya yang saya miliki selaku seorang guru di daerah. Artikel/postingan-postingan yang ada di blog ini saya sampaikan buat anak-anakku khususnya, umumnya semua orang yang suka jalan-jalan di dunia maya terutama sekitar dunia pendidikan lebih khusus mata pelajaran matematika SMP.

Salah satu Menebar Kebaikan dalam pembelajaran dengan Blog

Oh ya…sebelum saya akhiri ada sesuatu yang akan saya sampaikan (semoga ini kebaikan)

- AKU KORBAN KEKERASAN GURU -

Perkenalkan, aku Indah. Lulusan terbaik Universitas Negeri Jakarta.
Kapan aku duduk di bangku SD? Pada masa teknologi masih Radio dengan antena, dan Televisi masih hitam putih dikeroyok semut.

Aku korban kekerasan guru sejak kelas tiga SD. Masih segar di ingatan, wali kelasku, Pak Ataya, berteriak marah, "hey, kamu! Maju ke depan kelas!" Dengan wajah menantang aku berdiri, menghampiri beliau.

"Selesaikan soal ini!" Lelaki empat puluh tahun itu memukul papan tulis dengan penggaris kayu. "Salah sedikit saja, habis kamu!" Aku dengan yakin mengerjakan soal matematika yang ia berikan.

"Sudah, Pak." Aku berseru dengan sombong. Yakin kalau jawabanku pasti benar.

Tapi ....

Plak ...! Penggaris dengan panjang satu meter itu mendarat di tubuh bagian belakangku. "Kamu perempuan, tapi bengal minta ampun! Duduk!" Aku kembali ke kursi sambil mengusap bagian yang sakit.
.
Di lain kesempatan, saat aku kelas lima, aku di panggil wali kelas dua, guru wanita yang terkenal killer, kejam dan suka menghukum. Namanya Bu Hernita. Matanya menakutkan, selalu membawa rotan di tangannya.

"Indah, kamu tadi memukul siswa kelas dua. Betul?" Aku biasanya selalu berani menghadapi guru, tapi hari itu, aku tertunduk takut. "Jawab...!" Wanita itu berteriak sambil memukul meja.

Aku benar-benar mati gaya waktu itu. Darah premanku menghilang. Padahal aku sudah sering dipanggil guru, tapi selalu selamat dari guru satu ini. Tapi kali ini, sepertinya adalah hari sialku.

"Kemari...!" Tanganku di tarik mendekat, "kepalkan tanganmu!" Aku menuruti, dan tiga puluh pukulan mendarat di kepalan tangan kecilku. Menangis? Ya, aku menangis, tentu saja, kalian boleh mencobanya, kalau tidak percaya, rasanya sakit!

"Aku akan laporkan pada ayahku!" Aku menangis dan berteriak, mengambil tas di kelas dan berlari pulang.

Tiba di rumah, aku menceritakan semuanya dengan jujur. Apa tanggapan ayahku? Dia menggandeng tanganku, dan kembali ke sekolah. Aku tersenyum penuh kemenangan.

"Rasakan ...." kataku dalam hati.

Tapi ... tiba di sekolah, Ayah menghampiri Bu Hernita, dan berkata, "hukum dia lebih keras lagi, Bu, karena dia tidak sadar apa kesalahannya." Ayah meraih penggaris dan memukul tanganku berulang kali. Dan Bu Hernita menghentikan tindakan Ayah. "Di sekolah, hanya kami yang boleh menghukum. Bapak boleh pulang...!" tegas Bu Hernita.

Setelah Ayah pulang, Bu Hernita membawaku ke lapangan. Mengumpulkan semua siswa.

"Dengar semuanya! Mulai hari ini, Ibu tidak mau ada yang berteman dengan Indah ... kalau ada yang berteman, akan Ibu hukum! Faham?" Tatapan Bu Hernita beralih padaku, "dan kamu, kalau masih bersikap seperti ini. Ibu akan keluarkan kamu dari sekolah!" Kemudian beliau berlalu begitu saja.
.
Terhitung sejak hari itu, aku tidak memiliki satu orang teman pun. Semua teman menjauh setiap kali aku mendekat.
.
Aku sudah kelas lima menuju kelas enam waktu itu, usiaku bukan balita lagi. Aku sudah remaja, seharusnya sikapku tak seburuk itu.
.
Sampai pada puncak yang membuat aku terpukul lebih keras dari pukulan Bu Hernita, sore itu sepulang sekolah aku di panggil kepala sekolah. Saat aku masuk, ada Bu Hernita di sana.
.
"Indah, nilai kamu sejak kelas satu tidak buruk. Kelas satu sampai kelas dua,  kamu selalu juara umum. Apa kamu tidak bertanya-tanya, kenapa di kelas tiga sampai kelas lima kamu tidak juara?" Kepala sekolah ku bernama Pak Sudirman, orangnya sangat lembut. Berbicara dengan penuh kasih sayang, "nilai kamu masih tinggi. Bahkan lebih tinggi dari peraih juara umum kita. Tapi perilaku kamu ini, yang membuat nilai angka rapormu tidak ada gunanya."
 .
Aku tertunduk, Bu Hernita mengusap kepalaku. "Kemari, dengarkan Ibu." Jujur baru sekali itu aku melihat Bu Hernita selembut kapas berbicara padaku.
.
"Kamu tahu, Ndah? Apa yang paling berguna? Bukan angka-angka di rapor itu. Melainkan ... ini." Tangan beliau menyentuh dadaku. Aku sudah remaja waktu itu, dan sudah sangat memahami maksud beliau. Bagaimana rasanya? Malu! Ingin menangis, tapi tidak bisa. Jadinya? Sesak di dada!
.
"Begini, apa Ndah mau berubah? Karena kalau Ndah seperti ini terus, sekolah tidak akan meluluskan." Aku melihat ke arah Bu Hernita, aku tahu beliau serius.

"Mau berubah?" Bisik beliau pelan. Aku mengangguk. Pelan.

"Ndah janji, Ndah berubah, Bu. Ndah janji gak nakal lagi!"
======

Sejak hari itu, aku adalah Indah yang baru. Aku terlahir menjadi pribadi yang berbeda. Dan benar saja, saat kelas enam, aku kembali meraih juara umum.

Aku lulus tes dengan nilai terbaik di SMP favorit. Juga masuk dan lulus SMA dengan nilai yang masih sangat memukau, hingga aku berhasil meraih beasiswa sampai menyelesaikan S1.

Ketika lulis SMA, aku berkunjung kerumah Bu Hernita, menanyakan satu hal yang dulu tidak berani aku tanyakan.

"Kenapa di rapor, meski aku tidak juara, nilaiku masih di tulis dengan jujur?"

Beliau menjawab, "karena itu nilai kamu. Kami tidak berhak mempermainkannya."

Bertanya-tanya apa saja kenakalanku? Banyak teman-teman. Aku memukul adik dan kakak kelas, padahal mereka tidak sengaja menginjak kakiku waktu antri beli makan di kantin. Aku membuang buku PR teman sekelas yang sering mengangguku, terlebih aku ini perempuan. Dan masih banyak lagi kenakalanku yang lain, sejak kapan? Sejak aku kelas tiga. Luar biasa bukan? Ya, aku anak nakal yang selalu di pukul oleh guru, nyaris setiap hari.

Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang berhasil meraih gelar sarjana dengan masa kuliah tiga tahun.

Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang setiap hari memiliki luka di bagian jari.
Apakah kedua orang tuaku melaporkan mereka? Ooh tidak! Orang tuaku tahu, bagaimana sifat dan sikapku. Itulah kenapa mereka akan tambah memarahiku, setiap kali aku terkena hukuman.

Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang sangat berterimakasih pada rotan dan penggaris kayu itu.

Namaku, Indah. Aku bahagia guruku pernah memukul saat aku nakal.

Terimakasih, Bu Hernita, rotan itu bukan hanya melukai tanganku. Tapi juga berhasil memukul keras batu yang ada di hatiku.

Beliau selalu memanggilku "Ndah" kalau aku sedang tidak bermasalah. Tapi saat aku berbuat salah, beliau akan menyebut namaku "Indah!" Dengan sangat keras.

Aku memakai nama 'Ndah' karena aku berterimakasih pada beliau.

=========

Bu, Pak, tahukah anda?
Hanya anda yang tahu karakter anak-anak anda. Bagaimana bisa anda lepaskan tanggung jawab kepada gurunya di sekolah? Tapi anda menahan hak didik bagi mereka atas anak anda.

Bu, Pak, pikirkanlah, apakah mungkin seorang guru tiba-tiba memukul siswanya tanpa kesalahan?

Bu, Pak, mereka menggunakan tangan untuk menjewer. Tapi mereka menghabiskan setengah hidupnya untuk keberhasilan anak anda.

Saat anak anda menjadi dokter, anda berkata dengan bangga, "ini anakku, menjadi dokter karena kerja kerasku!"
Bu, Pak, pernahkah saat anak anda pintar membaca, lantas anda berterimakasih, pada gurunya?
Saat anak anda pandai menghitung, pernahkah berpikir untuk mendoakan gurunya?

Bu, Pak, kalian mengirim mereka ke sekolah, karena kalian tahu, mereka butuh seorang guru. Lantas, mengapa saat anak anda mendapat secuil cubitan, jeweran, lantas anda melaporkan gurunya ke polisi? Memenjarakan gurunya begitu saja.

Bu, Pak, anda tahu karakter anak anda. Pikirkanlah kenapa mereka di jewer, di cubit. Karena gurunya menyayangi mereka, memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

Bu, Pak, aku bukan guru, tapi aku adalah korban kekerasan guru, dan aku bangga guruku bersikap keras terhadapku. Karena kalau tidak, maka aku tidak akan seperti sekarang.

Bu, Pak, tidak perlu membawa bingkisan untuk gurunya. Cukup hargai mereka, tundukkan kepala dan ingat bagaimana peranannya untuk masa depan putra dan putri anda.

Mereka guru, dengan tulus mendidik, tapi di rumah, anda memberi anak-anak dengan gadget, dan tontonan televisi yang tak bermoral. Lalu, anda menyalahkan guru ketika anak anda berperangai buruk.

Kilau emas yang anda pakai itu, adalah hasil kerja keras penambang yang digaji tak seberapa.

Begitulah kerasnya kerja seorang pembentuk, seperti

Itulah arti seorang guru 🙏🙏🙏

Writer : ndah Indah

Saya berpendapat, meski banyak yang menyebut sebagai pencitraan, melakukan kebaikan di media blog tentu saja akan meninggalkan jejak digital yang bisa berguna di masa depan. Jika tak diperhatikan di masa sekarang, maka jejak digital kebaikan berbagi tersebut masih akan tetap menjadi ladang kebaikan bagi generasi selanjutnya.
Salah satu amal yang tidak terputus selain anak yang soleh dan amal jariyah, tentu saja adalah ilmu dan kebaikan berbagi yang bermanfaat bagi banyak orang. Kebaikan berbagi bisa saja tidak kita rasakan sekarang dampaknya, tapi yakin lah dengan rela berbagi ikhlas dalam memberi, semoga Allah SWT akan mencatatnya sebagai suatu kebaikan seperti halnya ketika kita mengeluarkan zakat, akan tercatat di panitia BAZ zakat yang ada di daerah kita.
Ladang kebaikan Allah SWT siapkan seluas langit dan bumi. Jika kita berbuat baik, kebaikan itu untuk kita sendiri. Aamiin YRA.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”



2 comments:

  1. Menebar kebaikan seharusnya selalu berkobar dalam diri kita, apalagi ketika kita jadi Guru ! Sukses Pak Lomba nya !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sekali, itulah seharusnya yang tertanam dan selalu ada dalam diri kita untuk selalu menebar kebaikan. Terimakasih, sukses juga buat kita semuanya. Aamiin YRA !

      Delete