Sunday, November 17, 2024

Garuda Tertunduk, Samurai Biru Berpesta di GBK

Garuda Tertunduk, Samurai Biru Berpesta di GBK

Oleh: Guru Ataya (Iwan Sumantri)

Minggu- 17 November 2024. Dua hari sudah pertandingan timnas Garuda vs timnas Jepang di babak kualifikasi piala dunia zona Asia grup C berlalu, tapi masih ada sisa-sisa duka yang guru Ataya rasakan setelah menyaksikan pertandingan tersebut di layar kaca.

Berikut catatan kecil yang bisa Guru Ataya bagikan untuk semua sahabat dan rekan guru pencinta timnas Garudaku yang bisa dijadikan pembelajaran buat pertandingan berikutnya menghadapi timnas Arab Saudi (19/11/2024) nanti.

Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) menyaksikan sebuah malam yang penuh euforia bagi para pendukung Timnas Jepang dan duka mendalam bagi para pendukung Timnas Indonesia. Pada laga kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Grup C, Jumat (15/11/2024), Samurai Biru berhasil menundukkan Garuda dengan skor telak 4-0.

Sejak peluit pertama ditiup, dominasi Jepang sudah terlihat jelas. Permainan cepat dan umpan-umpan pendek mereka membuat pertahanan Indonesia kerepotan. Gol bunuh diri Justin Hubner pada menit ke-35 menjadi pelecut semangat bagi para pemain Jepang. Babak kedua semakin menjadi milik tim tamu. Gol-gol tambahan dari Takumi Minamino, Hidemasa Morita, dan Yukinari Sugawara memastikan kemenangan telak bagi Jepang.

Kekalahan ini bukan lagi sekadar cerita pilu. Ini elegi. Di bawah guyuran hujan deras, Stadion Gelora Bung Karno menjadi saksi bisu, seperti patung perunggu yang tak bisa bicara. Timnas dengan semangat, kurang lebih 75 ribu suporter, justru terlihat seperti perahu kertas yang dihantam ombak ganas. Samurai Biru, dengan ketajaman samurainya, memotong harapan Garuda tanpa ampun.

Babak pertama, gol datang seperti tamu tak diundang. Minamino? Oh, dia lebih mirip tukang pos yang rajin mengirim paket ke gawang lawan. Lalu, Justin Hubner dengan sumbangan gol bunuh dirinya, mungkin sedang latihan "cara menghadang bola yang salah."

Wasit Iran, Mooud Bonyadifard, memimpin dengan penuh wibawa dan tegas, mungkin hanya dia yang tidak basah di lapangan itu. Kaoru Mitoma sempat membuat Kevin Diks terkapar dengan pelanggaran keras. Kartu kuning terangkat, seolah berkata, "Santai, bro, jangan terlalu semangat!"

Babak kedua dimulai, STY mengganti strategi, mengganti pemain. Kevin Diks keluar, Sandy Walsh masuk. Tapi Jepang tidak peduli. Mereka seperti serigala di malam berburu, lapar dan tak mengenal ampun. Menit 49, Morita menambah duka, menendang bola seolah menancapkan pisau ke dalam hati para pendukung Garuda. Di menit 69, Sugawara ikut menari, menggiring bola melewati bek Indonesia seperti angin yang menembus celah-celah pintu yang retak.

Martern Paes di bawah mistar gawang, lelah dan kedinginan, terlihat lebih sibuk mengelap keringat di wajahnya daripada menahan bola. Di sisi lapangan, Pratama Arhan dan Witan Sulaiman dipanggil. Harapan terakhir? Mungkin. Tapi Jepang tidak memberikan ruang bahkan untuk sekadar bernafas. Mereka menguasai 69% permainan, seperti pemilik lapangan yang sesungguhnya.

Pertandingan usai. Samurai Biru berpesta, Garuda terdiam. Timnas baru mengumpulkan tiga poin, serasa mengumpulkan butir-butir pasir di tepi pantai yang terus-menerus tersapu ombak. Harapan lolos masih ada? Hanya mimpi bagi yang suka dongeng. Kecuali, mereka mampu memenangkan seluruh pertandingan sisa. Dan itu, saudaraku, hanya bisa diimpikan oleh mereka yang percaya pada keajaiban.

Jelas Guru Ataya asli sedih, tim kesayangan kita seperti diajari main bola oleh Jepang. Ya, mau gimana lagi. Bersiaplah dibully tetangga sebelah. Walau kalah, bravo buat Jay Idzes cs atas perjuangannya. Bersyukurlah Alhamdulillah.




Kesenjangan Kualitas yang Terlihat Jelas

Kekalahan telak ini kembali menggarisbawahi perbedaan kualitas antara sepak bola Indonesia dan Jepang. Permainan individu pemain Jepang yang lebih superior, ditambah dengan taktik yang matang, membuat Timnas Indonesia kesulitan mengembangkan permainan. Meskipun para pemain Garuda berjuang keras, namun upaya mereka masih belum mampu menembus pertahanan rapat Jepang.

Evaluasi dan Harapan ke Depan

Kekalahan ini tentu menjadi pukulan telak bagi semangat juang para pemain dan seluruh pecinta sepak bola Indonesia. Pelatih Shin Tae-yong perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap performa tim. Selain itu, federasi sepak bola Indonesia juga harus terus berupaya meningkatkan kualitas sepak bola nasional, baik dari segi pembinaan pemain muda maupun infrastruktur.

Bagi para pemain muda, kekalahan ini bisa menjadi pelajaran berharga. Mereka harus terus berlatih keras dan meningkatkan kemampuan individu agar bisa bersaing di level internasional. Dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia juga sangat dibutuhkan untuk terus mendorong semangat para pemain Timnas.

#TimnasBersedihTerdiam

#TimnasKalahKelas

#Timnastetapkren

#ErikTohir #sty

No comments:

Post a Comment