Monday, August 18, 2025

Garuda Muda di Laga Puncak: Misi Sulit Melawan Raksasa Afrika

Garuda Muda di Laga Puncak: Misi Sulit Melawan Raksasa Afrika

Oleh: Guru Ataya (Iwan Sumantri)

 

Medan, Sumatra Utara - Puncak dari gelaran Piala Kemerdekaan akhirnya tiba. Senin, 18 Agustus 2025, menjadi hari penentuan bagi Timnas U-17 Indonesia asuhan pelatih Nova Arianto yang akan berhadapan dengan lawan tangguh dari Benua Afrika, Timnas U-17 Mali. Laga final yang disiarkan langsung dari Stadion Utama Sumatra Utara, Medan ini, bukan hanya sekadar pertandingan, tetapi juga ajang pembuktian mental juara bagi para pemain muda Garuda.

Perjalanan Kedua Tim Menuju Puncak

Perjalanan Timnas U-17 Indonesia menuju final patut diacungi jempol. Di bawah arahan pelatih Nova Arianto, yang dikenal tegas dan disiplin, skuad Garuda Muda menunjukkan perkembangan pesat. Kemenangan meyakinkan 2-0 atas Uzbekistan di pertandingan kedua menjadi bukti kekuatan lini serang dan pertahanan mereka. Meskipun sempat ditahan imbang 2-2 oleh Tajikistan di laga awal turnamen, hasil tersebut sudah cukup mengantar mereka ke babak final, menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan.

Di sisi lain, Timnas U-17 Mali datang dengan reputasi yang luar biasa. Mereka dikenal dengan postur fisik yang kuat, kecepatan individu, dan permainan tim yang sangat terorganisasi. Mereka diperkirakan akan menjadi ujian terberat bagi Timnas U-17 Indonesia, menguji seberapa jauh perkembangan taktik dan mental yang telah diajarkan oleh pelatih Nova Arianto.

Analisis Kekuatan dan Strategi

Timnas U-17 Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang bisa menjadi kunci. Pertama, semangat juang dan dukungan suporter. Bermain di kandang sendiri, dukungan penuh dari ribuan penonton di Medan akan menjadi motivasi ekstra yang bisa membuat para pemain tampil di luar batas kemampuan mereka. Kedua, kemampuan taktik pelatih Nova Arianto. Beliau dikenal piawai dalam meramu strategi bertahan yang solid, yang akan sangat dibutuhkan untuk meredam serangan-serangan cepat Mali.

Namun, menghadapi Mali, Timnas U-17 harus bermain sangat hati-hati. Kunci utama mereka adalah disiplin dalam bertahan dan memanfaatkan setiap peluang serangan balik. Kecepatan pemain sayap Indonesia bisa menjadi senjata mematikan untuk mengejutkan pertahanan lawan. Para pemain juga harus lebih berani dalam melakukan tembakan dari luar kotak penalti, mengingat sulitnya menembus pertahanan Mali dari jarak dekat.

Sunday, August 17, 2025

Merdeka Belajar: Refleksi Guru Matematika di Hari Kemerdekaan ke-80

Merdeka Belajar: Refleksi Guru Matematika di Hari Kemerdekaan ke-80

Oleh: Guru Ataya (Iwan Sumantri)

Cibadak – 17 Agustus 2025. Saya, seorang guru matematika di SMP Negeri 3 Cibadak, telah mengabdi selama 38 tahun. Hari ini, 17 Agustus 2025, menjadi hari yang istimewa. Tepat 80 tahun sudah Indonesia merdeka, sebuah usia yang matang, penuh makna, dan menjadi momentum penting untuk kita semua, khususnya para pendidik, untuk merefleksikan kembali arti kemerdekaan.

Bagi saya, kemerdekaan bukan hanya tentang lepas dari penjajahan fisik, tetapi juga tentang kebebasan berpikir dan belajar. Selama puluhan tahun mengajar, saya melihat bagaimana ruang kelas menjadi medan perjuangan yang lain. Bukan melawan penjajah bersenjata, melainkan melawan ketakutan siswa pada pelajaran matematika, melawan metode pengajaran yang kaku, dan melawan kurikulum yang sering kali terasa memberatkan.

Saturday, August 16, 2025

Mengapa AKM Tidak Sama dengan Ujian Nasional?

Mengapa AKM Tidak Sama dengan Ujian Nasional?

Oleh: Guru Ataya (Iwan Sumantri)

Cibadak – 16 Agustus 2025. Siswa-siswi SMP yang hebat, para orang tua, dan rekan-rekan pendidik yang saya hormati,

Tidak terasa, AKM akan kembali hadir di sekolah kita Gladi Bersih pelaksanaan AKM akan dimulai 18 Agustus 2025. Sebagian dari kita mungkin masih bertanya-tanya, apa itu AKM dan mengapa ini berbeda dari Ujian Nasional (UN) yang dulu ada?

Mari kita luruskan dulu. AKM bukan ujian untuk mengukur kelulusan atau perbandingan peringkat sekolah. Sebaliknya, AKM adalah alat diagnostik yang dirancang untuk mengukur dua kompetensi dasar yang sangat penting: literasi membaca dan numerasi.

Apa itu Literasi dan Numerasi?

Literasi dan numerasi adalah dua fondasi utama yang kita butuhkan untuk berhasil dalam pelajaran apa pun dan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Literasi Membaca: Ini bukan sekadar bisa membaca. Literasi adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan, dan berinteraksi dengan teks untuk mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, dan berpartisipasi dalam masyarakat. Sederhananya, seberapa baik kita memahami informasi dari sebuah teks dan menggunakannya.

Friday, August 15, 2025

Manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 3 Cibadak

Manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 3 Cibadak

Oleh: Guru Ataya

 

Cibadak – 15 Agustus 2025. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan di SMPN 3 Cibadak sejak 14 Juli 2025 merupakan inisiatif yang sangat positif. Setelah lima minggu berjalan, program ini menunjukkan dampak yang signifikan, terutama bagi para siswa.

Manfaat MBG bagi Siswa dan Sekolah

Program MBG membawa banyak manfaat, baik bagi siswa maupun lingkungan sekolah secara keseluruhan:

  • Peningkatan Konsentrasi Belajar: Dengan asupan gizi yang cukup, siswa tidak lagi merasa lapar saat jam pelajaran berlangsung. Hal ini membuat mereka lebih fokus, energik, dan siap menerima materi pelajaran.
  • Peningkatan Kesehatan Siswa: Menu yang disajikan telah memenuhi komposisi 4 sehat 5 sempurna. Ini berkontribusi pada pemenuhan nutrisi harian siswa, yang esensial untuk tumbuh kembang mereka.
  • Meningkatkan Kedisiplinan Siswa: Jadwal pembagian makanan yang rutin setiap pukul 10.00 melatih siswa untuk disiplin dan menghargai waktu.
  • Mempererat Ikatan Sosial: Momen makan bersama menjadi sarana interaksi sosial antar siswa, menciptakan suasana kekeluargaan, dan mempererat tali persaudaraan.
  • Meringankan Beban Orang Tua: Program ini membantu meringankan beban biaya makan harian siswa, sehingga orang tua dapat mengalokasikan dana untuk keperluan lain.

 




Baca Juga :

Hening tapi Bergemuruh

Refleksi Diri Pasca Gemuruh Takbir: Kembali ke Kelas dengan Semangat Baru

Video Pembelajaran Matematika di Blog Guru Ataya


Kelebihan dan Kekurangan Program MBG

Setiap program pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah analisis singkat tentang program MBG di SMPN 3 Cibadak:

Kelebihan

  • Jadwal Teratur: Makanan selalu datang tepat waktu, yaitu pukul 09.00, dan dibagikan sekitar pukul 10.00. Ini menunjukkan manajemen program yang baik.
  • Komposisi Gizi Terpenuhi: Menu yang disajikan selama ini sudah sesuai dengan standar 4 sehat 5 sempurna, menjamin siswa mendapatkan nutrisi yang seimbang.
  • Dampak Positif yang Nyata: Manfaat program, seperti peningkatan konsentrasi dan kesehatan siswa, sudah mulai terlihat dan dirasakan.

Kekurangan

  • Waktu Pembagian: Pembagian makanan di tengah jam pelajaran (pukul 10.00) mungkin bisa sedikit mengganggu alur belajar. Guru perlu menyesuaikan diri agar proses belajar-mengajar tetap efektif.
  • Potensi Makanan Tidak Habis: Mungkin ada sebagian siswa yang tidak menyukai menu tertentu, sehingga makanan tidak habis atau terbuang.



Solusi dan Harapan ke Depan

Untuk mengatasi kekurangan dan mengoptimalkan program MBG, ada beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan:

  • Penyesuaian Jadwal: Pihak sekolah bisa berdiskusi untuk mencari waktu pembagian yang paling ideal, misalnya saat jam istirahat, agar tidak mengganggu jam pelajaran.
  • Variasi Menu: Mengadakan survei sederhana kepada siswa tentang menu favorit mereka dapat membantu tim penyedia makanan untuk membuat variasi menu yang lebih disukai, sehingga makanan tidak terbuang.
  • Edukasi Gizi: Guru bisa menyelipkan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang kepada siswa, mengajarkan mereka untuk menghabiskan makanan dan memahami manfaatnya.

Dengan kolaborasi antara pihak sekolah, orang tua, dan penyedia program, kami yakin program Makan Bergizi Gratis ini dapat berjalan lebih sukses dan memberikan dampak yang lebih besar bagi seluruh siswa SMPN 3 Cibadak.

Monday, July 28, 2025

Analisis Matematika dan Passion Bola: Prediksi Final AFF U-23 Indonesia vs Vietnam 2025

Analisis Matematika dan Passion Bola: Prediksi Final AFF U-23 Indonesia vs Vietnam 2025

Oleh: Guru Ataya (Iwan Sumantri)

Sukabumi - 28 Juli 2025. Para penggemar sepak bola Tanah Air, khususnya pendukung setia Timnas Indonesia U-23, tentu sudah tak sabar menantikan hari esok! Selasa, 29 Juli 2025 Pukul 20.00 WIB akan menjadi saksi bisu pertarungan epik di babak Final Piala AFF U-23 antara Garuda Muda kita melawan rival bebuyutan, Timnas Vietnam U-23. Sebagai seorang guru Matematika yang juga sangat menggilai sepak bola, saya merasa terpanggil untuk mencoba "membaca" pertandingan ini tidak hanya dengan hati, tapi juga dengan data dan sedikit sentuhan logis.

Mari kita bongkar satu per satu kekuatan kedua tim, dan mencoba memprediksi siapa yang akan mengangkat trofi juara.

Data Statistik (Angka Tak Pernah Bohong!)

Dalam dunia sepak bola modern, data adalah raja. Mari kita lihat performa kedua tim sepanjang turnamen ini.

  • Timnas Indonesia U-23:
    • Perjalanan Menuju Final: Sejauh ini, Timnas U-23 Indonesia menunjukkan performa yang solid dan progresif. Di fase grup, mereka mungkin tidak selalu mendominasi, namun selalu menemukan cara untuk meraih kemenangan krusial. Kemenangan di semifinal melawan Thailand melalui adu Finalti dengan skor 7-6, yang sebelumnya skor 1-1, menunjukkan kematangan tim dalam mengatasi tekanan.
    • Kekuatan Utama:
      • Pertahanan Kokoh: Data menunjukkan bahwa gawang Timnas U-23 Indonesia relatif sulit ditembus. Ini adalah hasil kerja sama lini belakang yang disiplin dan penampilan apik dari Muhammad Ardiansyah sang penjaga gawang.
      • Transisi Cepat: Permainan transisi dari bertahan ke menyerang menjadi salah satu senjata mematikan. Para gelandang seperti Robby Darwis, Arkan Fikri, Reyhan, Toni akan mampu mengalirkan bola dengan cepat ke lini depan.
      • Semangat Juang: Ini adalah faktor non-teknis yang sangat penting. Semangat pantang menyerah para pemain muda ini seringkali menjadi penentu di saat-saat kritis.
    • Pencetak Gol Kunci: Jean Reven, Hoki Caraka  nama-nama pencetak gol terbanyak Timnas U-23 Indonesia di turnamen ini, dan 7 gol sudah Jean Reven cetak, kehadiran mereka di kotak penalti lawan akan sangat vital.

Sunday, July 20, 2025

Hening tapi Bergemuruh (Refleksi mingguan)

Hening tapi Bergemuruh

(Refleksi mingguan)

Oleh : Guru Ataya (Iwan Sumantri)

Cibadak- 20 Juli 2025

Sudah ratusan kali saya berdiri di depan guru-guru.

Kadang pakai batik, kadang pakai kemeja, bahkan pernah pakai kaos oblong karena panitia bilang, “Santai aja, Mas, ini cuma forum komunitas.” Kadang di aula mewah hotel bintang empat, kadang di ruang kelas yang kipas anginnya bersuara lebih keras dari saya. Tapi isinya sama: menyampaikan nilai-nilai. Tentang pentinhnya karakter, akhlak, adab, gotong royong, tanggung jawab, keadilan, kejujuran. Nilai-nilai yang saya peluk erat dari Gerakan Sekolah Menyenangkan, dan saya taburkan ke mana² seperti petani menabur benih, meski tak tahu nanti tumbuhnya di mana dan kapan. Saya hanya percaya aja pasti ada benih yg akan tumbuh.

Lalu beberapa hari lalu, dalam satu sesi, ada seorang guru mengangkat tangan, suaranya pelan, tapi pertanyaannya menghantam keras.

“Pak, bagaimana caranya kita terus ngajarin adab dan akhlak ke anak-anak, padahal mereka hidup di dunia yang menunjukkan sebaliknya?”

Saya terdiam. Mikrofon masih di tangan. Tapi mulut saya terkunci. Seperti tubuh saya tahu: ini bukan saatnya menjawab, tapi saatnya merenung. Bahkan saat mau menuliskan refleksi ini tak sadar bulir bening merayap perlahan di ujung mata.

Karena iya, ini bukan zaman ketika anak belajar cuma dari guru & buku. Ini zaman ketika layar 6 inci di genggaman mereka adalah jendela ke semesta, yg tak semuanya indah. Berita korupsi, kong kalikong, pemufakatan jahat, kekerasan, kebohongan, fitnah yg laris manis, ditonton berjuta-juta kali, dikomentari dengan tawa, dijadikan hiburan sampai dianggap biasa. Dan semua itu... ada di depan mata anak² kita.


Lalu anak kita, yg polos dan tulus, bertanya pada gurunya:

“Pak, kalau berlaku adil itu baik, kenapa orang yang meminta keadilan malah dikucilkan? Kenapa yang bohong malah jadi terkenal?”

Dan sepintar-pintarnya kita sebagai guru menjawab, tetap ada ruang sunyi dalam hati kita yg tak bisa menjawab apa² karena kita tahu, anak itu... benar.

Saya teringat buku “Educating for Character” karya Thomas Lickona, seorang tokoh pendidikan karakter dunia. Ia bilang:

Tuesday, April 1, 2025

Refleksi Diri Pasca Gemuruh Takbir: Kembali ke Kelas dengan Semangat Baru

Refleksi Diri Pasca Gemuruh Takbir: Kembali ke Kelas dengan Semangat Baru

Oleh: Guru Ataya

Cibadak-1 April 2025. Guru Ataya- Alunan takbir masih terngiang di telinga, sisa kehangatan silaturahmi bersama keluarga masih terasa dalam hati. Tanggal 31 Maret 2025, Hari Raya Idul Fitri 1446 H telah kita lalui dengan penuh suka cita dan rasa syukur. Sebagai seorang guru di SMP Negeri 3 Cibadak, momen ini bukan hanya sekadar perayaan, namun juga kesempatan berharga untuk merenungi diri dan kembali ke sekolah dengan semangat yang lebih membara.

Idul Fitri di Mata Seorang Pendidik: Lebih dari Sekadar Tradisi

Bagi saya, Idul Fitri bukan hanya tentang opor ayam dan ketupat, atau riuhnya anak saudara berkumpul. Lebih dari itu, Idul Fitri adalah momentum spiritual yang mendalam. Sebulan penuh kita ditempa dalam madrasah Ramadan, belajar menahan diri, meningkatkan ibadah, dan mengasah kepedulian terhadap sesama. Pertanyaannya kini, apakah nilai-nilai luhur ini telah benar-benar meresap dalam jiwa dan tercermin dalam tindakan kita sehari-hari, terutama dalam peran kita sebagai pendidik?

Menelisik Jejak Ramadan dalam Ruang Kelas

Mari kita coba menengok ke belakang, sebelum libur Idul Fitri tiba. Apakah semangat berbagi dan empati yang kita pupuk selama Ramadan telah kita tularkan kepada para siswa? Apakah kita telah menjadi contoh nyata dalam menahan amarah dan mengedepankan kesabaran di tengah dinamika kelas? Ataukah kita masih terjebak dalam rutinitas mengajar tanpa benar-benar menghayati pesan-pesan Ramadan?

Guru Ataya secara pribadi merasakan, ada beberapa kali Guru Ataya kurang sabar dalam menghadapi siswa yang kesulitan memahami materi,selain itu Guru Ataya merasa kurang maksimal dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam tugas-tugas siswa sebagai guru. Kejujuran pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk menjadi lebih baik.